Jumat, 17 Februari 2012

Larangan Merokok di Pesantren


Di salah satu pesantren di Gorontalo, santri-santri dilarang keras
merokok. Dan sang Kiai pengasuh pondok pesantren itu tidak segan-segan
memberikan takzir (hukuman) berat pada santri yang ketahuan melanggar
aturan merokok di pesantren itu. Namun tentu saja ada santri nakal
yang nekat melakukan pelanggaran.

Bahkan, sering beberapa santri yang tidak tahan ingin merokok
mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut
asrama atau di gang-gang kecilnya, atau di tempat jemuran pakaian atau
di pekarangan sang Kiai. Bahkan ada juga yang tidak jijik merokok di
dalam WC sambil pura-pura sedang BAB.

Satu hari, saat malam telah larut, salah seorang santri perokok ingin
kembali melakukan aksi terlarangnya. Meski sudah agak mengantuk karena
kelamaan menunggu waktu yang aman untuk merokok, ia pun bergegas ke
kebun belimbing, di belakang salah satu gedung pesantren itu. Santri
itu lalu mendekati seseorang temannya di kejauhan yang sedang
menyalakan rokok. Suasana disekitar yang jauh dari lampu penerangan
membuat tempat itu memang agak gelap dan aman untuk merokok.

"Kang, minta rokoknya... sekalian dengan api-nya...sup." katanya
sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.

Temannya langsung menyerahkan sebungkus rokok yang dipegangnya. Santri
perokok itu tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru
mengisap rokok.

"Alhamdulillah, asyik sup..." katanya. Diteruskan dengan isapan kedua,
sambil memejamkan mata seakan menghayati isapan rokoknya.

Rokok semakin menyala, dan... dalam gelap dengan bantuan nyala rokok
itu lama-lama kelamaan si santri mulai sadar dengan siapa dia
sebenarnya saat itu sedang merokok bareng. Namun santri belum yakin
betul dan diteruskan dengan isapan selanjutnya... Isapan yang dalam
sehingga membuat rokok itu semakin menyala terang. Dan...

Ternyata... yang dia mintai rokok adalah Kiainya sendiri.

Bukan main, si santri itu sangat kaget dan ketakutan. Dia langsung
kabur, lari tunggang langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang
dipinjamnya.

Sang Kiai pun marah besar sambil berteriak :

"Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Kang..."
(humor-(")-)

0 komentar:

Posting Komentar